Blah-blih-bluh-bleh-bloh
Blah..blah..blah..tak kan patah hati dibelah
Blih..blih..blih..air mata menjelma buih
Bluh..bluh..bluh..kutuk kata layaknya teluh
Bleh..bleh..bleh..mimpi hanya tinggalkan leleh
Bloh..bloh..bloh..tak kan tertahan hati yang roboh
Masa lalu
Langit-langit gedung siluman
Darah segar menetes
Memenuhi lantai kenangan
Meninggalkan genangan
Sakit di bawah sadar
Perih yang sudah lampau, sempurna, selesai
Anyir itu kembali mengahantui
Pintu besi berkarat
Mengunci hati yang sekarat
Ada titik merah di matamu
-lihat aku
Luka kecil di telapak kaki mu
Derit kayu, lubang batu
Malam kudus dan angin berhmbus
Bintang terang dan gelombang pasang
-----
Hujan di petang hari
Pintu besi berkarat
Mengunci hati yang sekarat
07/06/07
Malam melingkari semesta
Kabut membalut lapisan udara tanpa nama
Dunia yang compang-camping
Langkah yang menyusut
Dahi yang berkerut
Luka-luka-bisu
Diam-diam menghantui aku
-----
Sulit menelan ludah
Sulit mengalahkan gundah
Asam lambng naik ke mulut: muntah
----
Sambil menahan kantuk
Menghitung jutaan pikuk
Mengalutkan
Gema-gema kata
Meresahkan
Suara dalam hati
Menyakitkan
Dan aku tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya
07/06/07
Tuhan, jangan biarkan aku mati muda...
Belakangan ini aku mulai belajar bicara dengan teramat hati-hati, agar tak terucap kata-kata yang bisa jadi indikasi bahwa aku akan mati. Tapi entah kenapa, kata-kata terakhir selalu melejit begitu saja dari otakku yang jenaka. Ahahaha, aku takut mati. Untungnya lidahku mampu menahan diri, kata-kata itu tak terucap keluar lewat mulut ini. Jadi kalau nanti aku mati orang-orang tak akan bilang
“Oh, dia memang sudah tau dia akan mati”
“Oh, dia memang sudah merasa sejak jauh-jauh hari”
“Oh, dia memang sudah sadar sejak 40 hari”
Padahal aku tahu, padahal aku tahu
Tuhan, ternyata aku takut mati
Labels: katakatatakbermakna
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home